Sedekade

Di Twitter sempat rame tentang refleksi a decade gitu. Jadi mengenang kembali selama sepuluh tahun ini apa saja yang terjadi. Saya kepingin ikutan, tapi mending nulis di blog aja sekalian. Hahaha #bahankonten.


2010
'Ditembak' sama si mas, ehem. Lalu saya resign dari kantor pertama, sebuah portal berita, kemudian melanglang ke Yu-Es-Ei berkat beasiswa, dan LDR. Perjuangan banget lho ini pacaran beda benua, sempet bosen, lelah, dan nyaris mau nyerah. Akhirnya, kami bertahan. :D

2011
Lulus dan balik ke Tanah Air. Sempet kepedean dengan resume dan sertifikat yang dibawa, ternyata saya nganggur hampir lima bulan. Stress banget rasanya. Padahal saya gak minta gaji gede juga loh, hahaha. Baru dapet kerja di bulan November, di sebuah majalah fashion.

2012
Kerja di majalah sebetulnya salah satu pekerjaan impian. Nyatanya gak seindah bayangan, malah lebih mirip film Devil Wears Prada. :)) Saya kemudian ditawari ke salah satu start up e-commerce. Awalnya saya cuma mau 'kabur' aja dari kantor lama, eh malah bertahan lumayan lama di perusahaan tersebut.

2013
Sebenarnya obrolan soal mau dibawa ke manaaa~~ hubungan kitaaa~~ sudah dilakukan di tahun sebelumnya. Gak pake adegan proposal ala-ala. Kami berdua cuma berdiri di pinggir jalan di area Pacific Place (saya mau naik bus pulang ke rumah, masnya balik ke kantor untuk shift malam) trus ngobrol aja, semacam "Kayaknya kita mesti level up nih." Lalu kami sharing soal finansial (di mana masnya masih nanggung biaya hidup sang ibu dan support biaya kuliah keponakannya), tempat tinggal di mana, dan lain-lain. 

Lalu April diselenggarakanlah acara lamaran secara sederhana, di rumah si abang. Gak pake vendor-vendor ala anak sekarang. Cuma katering + tenda aja; boro-boro backdrop estetik, fotografer aja gak ada. Yang datang cuma keluarga dari kedua pihak, bahkan teman-teman pun gak diundang. Saya cuma ngabarin mereka via WhatsApp dan minta doa buat kelancaran acara.

Kemudian menikah di bulan Agustus, serta hamil di bulan November, dengan segala drama-drama yang menyertainya.

2014
"Motherhood is the exquisite inconvenience of being another person's everything." Tahun yang membuat saya lebih emosional, dan cengeng. X)) Melewati baby blues, serta time management yang amburadul akhirnya memaksa saya resign di akhir tahun. Berat sebenarnya, dengan lingkungan kerja dan reward yang oke saat itu, tapi berhubung saya keburu lelah fisik (jarak kantor yang jauh banget dengan rumah) plus lelah batin karena konsentrasi terpecah (working moms, ya feel me? :D) yasuda akhirnya bye bye. 

2015
Saya kembali bekerja setelah beberapa bulan fokus mengurus si nona kecil, dan mengurus (kewarasan) diri sendiri. Apakah di kantor baru masih ada drama? O tentu. :))) Super excited awalnya karena saya kembali kerja di bidang yang sama dengan sebelumnya tapi dengan tanggung jawab yang lebih luas. Ternyata di situ lah huru-haranya terjadi.

Belum lagi drama keluarga yang per kuartal kayaknya ada aja (((per kuartal))). Saya bilang gitu karena kayak rutinitas, kalo gak si A pasti si C, ganti-gantian aja. I really feel sorry for my mom, she doesn't deserve all those drama. Kadang saya berkhayal bisa gak sih barter family member? Hahaha, I'm so fed up with toxic people and their negative vibes.


2016
Blog ini sebenarnya si udah merangkum perjalanan resign saya ya, hahaha. Namun sekali ini saya ngerasa resign kali ini, for good. Saya cukup yakin waktu itu kalau perjalanan karir saya di perusahaan (manapun) akan mentok, salah satunya karena diri sendiri gak berkembang. Udah lah medioker, gak ada penambahan skill pula. Fufufu~~ 

2017
Di tahun ini, saya join bisnis rental mainan dengan kakak ipar saya. Fun, dan yang terpenting waktunya fleksibel. Saya juga sesekali masih ngerjain operan kerjaan dari kantor lama. 

Yang paling memorable di tahun ini, saya mulai pakai hijab. Saya sempet menyesal, kenapa ya gak dari dulu ajaaa, hehehe. I feel safe, secure, and somehow, stable. Rasanya nyaman gitu. :')

2018
Masih seperti tahun sebelumnya, bisnis dan freelance. Kami nambah mainan-mainan baru yang cukup diminati, terus saya ngajakin anaknya tukang ojek yang suka mangkal deket rumah, untuk jadi kru antar jemput barang. Alhamdulillah, dia katanya bisa bantuin kakak perempuannya yang kuliah (satu-satunya dari mereka yang bisa sekolah setinggi itu; dia dan kakak laki-lakinya putus sekolah dan mesti kerja). 

Saya juga ditawari nulis reguler di sebuah website anyar, sistemnya remote jadi tetap dari rumah. Si nona juga udah mulai TK jadi saya pikir enteng deh kerjaan ini, Ternyata, lagi-lagi buyar di manajemen waktu. Huft.

2019
Di satu sisi, saya bersyukur karena pekerjaan freelance ada terus. Selesai satu project, ada lagi yang nawarin. Tapi di sisi lain, kerjaan-kerjaannya stressful, hahahaha. Lalu puncaknya, menjelang akhir tahun saya terhenyak dengan kenyataan: I am not good enough for doing this kind of job. Akhirnya insecure dan mulai clueless. Mau ngapain ya, tahun depan? :'))

***

Begitulah, yang terjadi selama satu dekade. Ada prioritas yang bergeser, ada rencana yang tertunda,  ada harapan yang gak kesampaian, ada kejutan, dan pastinya ada pengalaman dan pelajaran dalam setiap momen. #aishsedap

2020 -- Start of a new decade, a new hope. Saya berdoa semoga tahun ini secantik namanya. Kurang-kurangi cerita buruk, banyak-banyakin kisah bahagia. Twenty-twenty, here we come!

Comments

Popular posts from this blog

Utang Mengutang

Kidzania & Masa Kecil (Lumayan) Bahagia