Nyasar
Tiap tahun, Mama biasanya ngajakin belanja untuk keperluan Lebaran jauh-jauh hari, bahkan sebelum bulan puasa. Nah, beberapa hari lalu (Kamis, 30 Januari) mumpung PakSuami libur -- jadi bisa nungguin Kana di rumah-- saya dan Mama berangkat deh ke Tanah Abang, buat beli-beli barang yang biasa kami bagikan sebagai THR dan juga keperluan sendiri, kayak mukena, sarung, baju koko, dsb.
Tapi bukan itu intinya. :)))
Belanjanya sih ya kayak biasa, yang dicari kadang dapet kadang enggak, yang gak dicari malah dibeli, ehehe. Jadi, pas berangkat kan kami naik TransJakarta jurusan Kebayoran Lama - Tanah Abang. Seharusnya pulangnya si pakai jalur yang sama.
Sudah hampir pukul dua siang, dan kami menunggu kedatangan si TJ di bus stop dekat Masjid Al Ma'mur. Cukup lama menunggu, akhirnya ketika busnya datang, kami langsung naik aja tanpa ngecek-ngecek. Sesudah itu, saya dan Mama ketiduran, maklum habis menjelajah Blok A dan Blok B kan, menenteng belanjaan, plus habis makan soto betawi dan es jeruk pula.
Saya nggak inget berapa lama saya ketiduran, tapi Mama membangunkan saya dan bilang, "Kayaknya kita salah naik." Saya celingukan ke jendela dan yang saya langsung lihat gedung Synthesis yang khas dengan vertical garden-nya, "Lah, ini mah ke Pancoran!" Seru saya sedikit panik. Ketika melihat tulisan berjalan (apa si namanya :D) di atas kursi pak sopir, ternyata kami naik TJ jurusan Kampung Melayu.
Saya dan Mama ketawa setengah meringis. Mau ke Selatan, malah ke Timur. Jauh banget. :))
Akhirnya kami memutuskan turun di Stasiun Tebet. Dari situ, tadinya saya mau ngide langsung naik taksi online aja. Eh Mama ternyata punya ide lain.
"Naik kereta aja, nanti turun di Pasar Minggu, baru kita naik greb," kata beliau.
Baik, ibu dan anak hobi jalan-jalan begini deh jadinya. Turun bus lalu naik kereta, anggep aja lagi di Singapura lah ya.
Naik lah kami ke dalam KRL jurusan Bogor, dengan tujuan turun di stasiun Pasar Minggu. Sambil jalan, saya browsing opsi transportasi umum yang bisa kami manfaatkan. Ternyata ada TransJakarta Depok-Lebak Bulus. Jadi rencananya, dari Lebak Bulus, baru kami dijemput bapake. Ok, sip. Berarti nanti turun di stasiun UI, karena si TJ yang dimaksud dimulai dari sana.
Memang mungkin bukan hari keberuntungan kami, kami kelewatan stasiun UI karena ragu-ragu pas mau turun. Maklum bukan anker. Jadi kami pikir gerbongnya akan bergeser ke depan lagi, ternyata hanya sekali kesempatan pintu terbuka, sodara-sodara. :)))
Berhubung hari sudah menunjukkan hampir pukul lima sore dan kami belum solat Ashar, turunlah kami di stasiun berikutnya yaitu Pondok Cina. Habis solat, naik lagi ke KRL dan akhirnya turun di UI.
Sebelum ke luar stasiun, saya tanya-tanya petugas dulu tentang bus TJ incaran kami. Ternyata, kami malah disarankan ke stasiun Universitas Pancasila karena biasanya TJ tersebut jarang yang sampai UI.
Kami balik lagi naik KRL. Allahu akbar.
Sebetulnya capek ya, kasian juga sama Mama karena bolak-balik dan harus nenteng-nenteng barang. Nyesel apalagi, kenapa gak langsung aja order taksol pas di UI tadi. Tapi beliau si keliatan semangat-semangat aja dan gak ngeluh sedikit pun. Beruntungnya, kedua kartu e-money kami masih cukup saldonya untuk pindah-pindah transportasi begini, hehe.
Ke luar dari stasiun UP, kami menyeberang dan menunggu di halte bus. Gak langsung dapet juga, mesti nunggu sekian belas menit barulah si TJ muncul. Duduk manis kemudian harus bermacet-macetan di T.B Simatupang, karena memang sudah jam pulang kantor.
Sampai Lebak Bulus, kami pun harus menanti kedatangan bapake yang juga terjebak macet saat putar balik. Inti dari hari ini memang harus sabar.
Kami sampai di rumah nyaris pukul tujuh malam. :'))
Luar biasa memang pengalaman nyasar memutari separuh Jakarta, dari Pusat ke Timur dan mampir dulu di kawasan Jawa Barat (Depok). Haus dan lapar untungnya terobati dengan banyaknya pedagang di sekitar stasiun. Pelajaran penting yang harus diingat: selalu cek jurusan bus yang akan kamu naiki, gaess!
Comments