Kisah Kaus Kaki

Pulang sekolah tadi, kaus kaki Kana kotor banget jadi saya tanya, "Tadi di sekolah kamu buka sepatu?" 

Dia menggeleng, "Nggak," katanya. 

Saya tunjukkan kaos kakinya yang dekil di bagian telapak. 

"Tadi kamu pas cuci tangan sebelum makan atau main pulang sekolah, mungkin buka sepatu?" Cecar saya. 

"Enggak buuu, aku gak buka sepatu dari tadi." 

"Kok bisa sekotor ini kalo kamu nggak buka sepatu," saya makin nyinyir. 

Raut muka Kana berubah, lalu, "Iya, yaudah! Aku yang salah!" Serunya sambil memukul dadanya keras. Matanya berkaca-kaca. 

Saya tertegun. 

Dalam sepersekian detik di pikiran saya muncul, astaga anak ini tertekan ya. Lalu saya tertawa kecil, berharap mencairkan suasana. 

"Kok jadi marah-marah? Muka kamu lucu kalo lagi ngomel gitu."

"Abisnya ibu nanya-nanya terus. Kan aku bilang aku nggak buka sepatu." Katanya. Kali ini sambil terisak.

Hati saya mencelos, tapi ego yang tinggi masih sempat ngeles. 

"Ya soalnya kamu kan suka lupa, ibu cuma mastiin aja, kadang ibu tanya apa kamu baru ingetnya belakangan. 'Oh iya, aku tadi begini, deng'." Saya membela diri.

Si nona makin murung, "Yaudah kalo ibu gak percaya, aku emang salah."

Detik itu juga saya mau nangis. Tapi gengsi. 

Saya peluk dia lalu bilang, "Maaf ya kalo ibu jadi kesannya nyalah-nyalahin. Tapi Kana gak boleh ngomong kayak gitu lagi, sakit dadanya kalo ditepuk keras-keras gitu."

Si nona menggangguk. Ah, mudahnya dia maafin saya yang pemarah dan tukang ngomel ini. 

Dan kaus kaki kotor pun masuk keranjang cucian tanpa dibahas lagi.

***

My God, motherhood is, no doubt, a lifelong learning process. Kita bisa belajar dari pengalaman orang yang tertulis di buku, di media sosial, dan lainnya. Tapi setiap hubungan ibu-anak pasti berbeda dinamikanya.
 
Sebagai ibu, saya cuma ngandelin insting. Logikanya, kaus kaki itu kotor karena memang dia lepas sepatu. Saya gak tau dia bisa se-emosional itu, namun di sisi lain saya jadi tau ternyata, I was so pushy

Mungkin cara dan nada bertanya saya yang bikin dia ngerasa kesal jadi bukannya ngejawab santai, dese ikut ngegas. 

Saya juga lupa, mungkin harinya saat itu tidak menyenangkan, dan alih-alih menanyakan bagaimana ceritanya di sekolah, saya malah menyalahkan dia tentang hal remeh -- yang dia sendiri gak tahu bagaimana bisa terjadi.

Perkara kaus kaki kotor yang sepele tapi bisa jadi drama. Hari ini belajar mengenali karakter anak yang baru lagi, dan belajar mengkomunikasikan sesuatu pada anak. And, she's only five years old. :'))

Comments

Popular posts from this blog

Utang Mengutang

Kidzania & Masa Kecil (Lumayan) Bahagia