The Olympics, Part 2

Sambungan Part 1

Selasa, 16 Agustus
Akhirnya kami dapat ruangan di kelas III, agak khawatir keramean karena sekamar berlima, tapi mau gimana lagi, masa mau di UGD terus-terusan. Kana dipindahin ke kamar dan infusnya ditambah dengan makanan. Suhu badannya mulai turun dan kami optimis kalau besok bisa pulang.

Sorenya dokter langganan kami datang untuk mengecek dan memberitahu hasil cek darah dan uji tubex. Ternyata, Kana positif tipus. Dokter mengusulkan untuk dirawat beberapa hari lagi karena biasanya tipus akan mengalami naik turun suhu. Kami manut. Karena bagaimanapun perawatan intensif di rumah sakit tentu akan lebih optimal.

Yang kasian, Kana sepertinya jadi parno sama perawat atau dokter. Setiap ada yang datang, sekalipun petugas pengantar makanan, Kana langsung jerit ketakutan dan nangis. Mungkin dikira mau nyuntik (ambil darah) lagi.

Lalu puncaknya terjadi sore hari sesudah Ashar. Awalnya Kana minta nonton Youtube dari handphone, tapi entah apa yang bikin dia kesel, tau-tau hp saya disentak trus dia nangis. Dia tarik-tarik selang infusnya sambil teriak, "Bukaaa! Bukaaa!" Saya, paksuami, dan Mama berusaha nenangin tapi Kana makin ngamuk. Matanya merah dan raut mukanya kesel banget, kayak benar-benar marah. Saya yang lagi ngegendong pun jadi sasarannya. Tangan Kana menampar-nampar muka dan badan saya, lalu dia mau ngegigit tangannya sendiri. Pas kami cegah, dia balas dengan berusaha mukul dan menggigit. Akibatnya tangan Mama kena gigit yang lumayan berbekas. :(

Cukup lama juga acara ngamuk ini, saya cuma bisa melukin Kana. saya yakin dia kesel karena badannya gak enak, mungkin karena kepalanya pusing, mungkin gak betah karena tangannya dibebat infus, mungkin karena dia biasa lincah bergerak tapi sekarang harus istirahat total. Dan dia gak bisa ngasi tau kami dengan lisan, jadi dia luapkan marahnya.

Secara kebetulan besoknya Mama akan berangkat ke Padang karena ada acara reuni. Karena ada drama tadi, beliau sempat ragu untuk berangkat. Gak tega ninggalin kami di saat begini. "Undur atau batal aja sekalian," katanya. Tapi saya dan paksuami meyakinkan Mama supaya tetap berangkat. Insya Allah gak apa-apa, toh di RS ada dokter dan perawat yang siaga 24 jam. Jadi kami percaya udah cukup banyak bala bantuan.

Rabu, 17 Agustus
Tengah malam suhu Kana dicek lagi dan kali ini 40 derajat C! Ya Allah, kepala saya langsung berat. Gimana coba sakitnya badan mungil ini, kita aja kalo meriang sedikit udah lemes banget. Suster pun bilang jaga-jaga kalo terjadi step, karena ini panasnya sangat tinggi. Bibir Kana kering banget dan menggelap, badannya lemah gak bertenaga.

Rasanya kayak di mimpi buruk, saya berkali-kali meyakinkan diri kalau semua akan baik-baik aja. Tapi bagaimanapun, kekesalan dan kekecewaan saya malah berlipat-lipat. Saya merasa gagal jadi ibu.

Di sela-sela zikir dan doa untuk kesembuhan Kana, saya terus menyesali dan menyalahkan diri sendiri. Bahwa semua ini gak harus terjadi kalau saja saya begini, begitu, gak ini, gak itu..

Pagi-pagi saya bangun, Kana masih tidur, jadi saya gunakan buat mandi kilat. Sekitar jam 7-an, perawat datang mengecek suhu lalu Kana pun kebangun. Gak taunya celana, seprai dan selimut sudah penuh dengan pup. Rupanya Kana mencret, banyak pula. Perawat datang untuk membersihkan badannya dan lagi-lagi dia nangis histeris. Setelah dilap air hangat dan ganti baju, dicek lagi suhunya berkurang jadi 38.8 derajat C. Masih panas juga.

Selain Youtube, hiburan buat Kana paling tayangan kartun di TV. Tapi memang selama ini Kana gak pernah betah nonton lama-lama, jadi lagi-lagi dia bosen dan mulai ngerengek-rengek minta bobok gendong.

Saya juga sempet lupa hari ini tanggal merah, jadilah seharian banyak tamu yang datang. Kakak ipar sekeluarga, teman-teman saya dan paksuami, serta sepupu bergantian mengunjungi. Banyak makanan juga, hehe. Sayang, Kana jadi galak, kalo disapa malah kesel dan nangis.

Menjelang isya, Kana lagi main boneka barbie hadiah dari sepupu saya yang berkunjung. Dan gak disangka-sangka, kayak dejavu, Kana ngamuk lagi kayak kemarin. Dia lemparin barbie dan mainannya yang ada di atas tempat tidur, lalu narik selang infus minta dibuka, dia juga jerit-jerit, "Lepasin! Mau pulang aja! Kana mau pulang!" Saya dan paksuami sampai kewalahan megangin Kana yang meronta-ronta. Kami pun bersama-sama baca zikir di telinga Kana. Abisnya, kayak kesambet gitu loh :/ dan gak enak dengan teriakan rusuhnya, secara di ruangan itu ada anak-anak lain yang sedang opname juga. Saya panggil suster, tanya apa ini efek samping obat atau gimana karena udah terjadi dua hari berturut-turut. Para perawat bilang reaksi Kana wajar aja, mungkin karena bosen jadi dia melampiaskan kekesalannya dengan cara marah-marah.

Imbas ngamuk malam itu: jarum infusnya bengkok. Iya, mesti diganti dan ditusuk lagi, di tempat berbeda. Heboh lagi dong? Ofkors, tentu saja.

Kamis, 18 Agustus
Suhu Kana semalam sebelumnya dan pagi ini sudah berkisar 37 sampai 37.5 C. Dan keajaibannya, dia udah mau makan! Jadi tau-tau setelah dilap dan ganti baju, dia nunjuk ke arah makanan jatah pasien lalu bilang ke saya, "Makan, Ibu. Makan." Ya ampun, kayak menang undian, saya langsung semangat nyuapin dia. Lumayan banget, seperempat porsi lebih sukses dimakan, tanpa perlawanan.

Begitupun makan siang, super lahap! Duh, sampe terharu liatnya. Karena makanan yang masuk juga udah berbentuk solid, pup Kana juga sudah mulai normal.

Sayangnya, kebahagiaan saya sedikit buyar dengan adanya tambahan obat dari dokter, yang harus diminumkan langsung. Beberapa hari ini semua obat langsung masuk lewat infus jadi saya tenang karena gak harus 'bertempur', eh sekarang jadi mesti kerja keras lagi. Huft.

Kana juga sudah kelihatan tenang saat main maupun nonton video, tapi kali ini dia minta digendong ke luar kamar. Kami dorong tiang infusnya dan jalan-jalan di lorong RS. Kana nunjuk ke arah jendela dan udah berceloteh sedikit-sedikit liat burung, cicak sampe gerombolan anak sekolah. Entah tau darimana, dia pun minta jalan-jalan ke arah lift, "Pulang, Ibu," rengeknya, yang tentu aja kami tolak.

Dalam hati saya bernazar, begitu Kana sembuh saya akan puasa enam hari berturut-turut. I need to redeem myself.

Jumat, 19 Agustus
Suhu Kana sudah konsisten di 36-37 C, masih lesu tapi sudah bisa ketawa-ketawa, seneng liatnya. Dokter menjanjikan kalau seharian ini oke, besok sudah bisa pulang. Yay!

Sebetulnya, tepat di tanggal ini kami sudah memesan hotel di daerah Garut untuk weekend getaway. Tapi karena kondisi yang tidak memungkinkan akhirnya kami minta reschedule ke awal September. Manusia boleh berencana, Allah juga yang memastikan.

Sabtu, 20 Agustus
I woke up feeling gloomy. Di hari ulang tahun, anak diopname. Seharusnya sedang liburan di resor malah menginap di rumah sakit. Yang ngenes lagi, paksuami lupa dong. Awalnya saya masih pede mengira dia sengaja, but he genuinely forgot, probably because he's just stressed as much as i am. Jadi dia baru menyadari waktu temen saya kebetulan nanya jam besuk trus nawarin mau dibawain apa untuk ulang tahun Tessa. Oh well.. :)

Dian, one of my bestfriends called me very early in the morning. Paksuami lagi shalat subuh di musola lantai bawah, Kana masih tidur. She gave me the most heartfelt birtday wishes that made me so emotional. I burst into tears.

Kayak lagi dapet siraman rohani. Dan nangisnya malu-malu gitu karena gak mau kedengeran tetangga seruangan. Siangnya juga Dian nyempetin dateng ke RS bawa donat dan kue. Lalu ngajak ngobrol dan becanda sama Kana. Makasi yaa yan. :')

Alhamdulillah, suhu Kana seharian stabil dan akhirnya malam boleh pulang.  
Alhamdulillah wa syukurillah.
Di luar insiden lupa hari ultah (cieee, masih baper :D), saya bersyukur sebesar-besarnya karena paksuami super helpful dalam kondisi darurat ini. Beliau yang bolak-balik ke rumah untuk ambil ini itu, cuci baju Kana, cuci selimut yang keompolan, naik turun lantai untuk beli makanan dan keperluan lainnya, sampe gantian suapin Kana makan. Paksuami juga yang terus menguatkan saya yang keliatan mulai putus asa terutama waktu Kana ngamuk dan bikin drama. Kami menggumamkan zikir bersama-sama.

Dua minggu yang menguras jiwa dan raga. Saya percaya ini sudah diatur oleh-Nya. Mungkin memang kami disuruh bonding time, apalagi karena saya dan paksuami bekerja dan sering pulang malam. Mungkin memang kadar keimanan kami mau dites. Mungkin ini saatnya uji kesabaran, kesetiaan, dan kekompakan kami sebagai satu keluarga.

Segala kekecewaan yang saya rutuk pada diri sendiri, pada akhirnya menjadi pengingat, supaya saya jadi pribadi yang lebih baik. Sebagai ibu bekerja, saya paham ruang gerak saya masih terbatas dan belum ada pilihan lain. Tapi saya selalu berdoa akan ada jalan terbaik dari Allah supaya nanti bisa selalu mendampingi Kana.

Sehat selalu, Nak. Maafin Ibu yah..

Comments

Popular posts from this blog

Utang Mengutang

Kidzania & Masa Kecil (Lumayan) Bahagia