Amanah

Kadang, saya ngerasa, Tuhan suka bercanda dengan cara serius.

Saya dan masbro sepakat (hmmm, yaaa, kayaknya saya sih yang lebih ngotot, hehe) untuk mempunyai anak tahun depan. Alasannya, satu, kami masih ngekos; dua, belum punya mobil; tiga, saya janji mau ngetrip sama Mama di awal tahun. :D

Kami ngekos deket kantor saya di daerah Bidakara. Rumah mama ataupun rumah yang sedang saya cicil ada di Ciputat. Pulang pergi Ciputat-Pancoran rasanya tidak baik untuk kesehatan, fisik dan mental. Makanya kami putuskan mencari kosan suami-istri dan alhamdulillah ketemu kamar yang lebih mirip paviliun, ada kamar tidur dengan perabotan lengkap, kamar mandi dan dapur kecil. Pas deh untuk memulai hidup baru berumah tangga.

Belum punya mobil juga jadi alasan kenapa saya belum ingin punya momongan. Bukan mau gaya-gayaan. Saya udah sering liat ibu hamil dibonceng dan rasanya sesek sendiri. Atau balita yang kedempet-dempet dipangku di atas motor, panas-panasan serta menghirup asap knalpot. Gak deh, saya mau yang safe aja.

Nyokap juga sepertinya ngeliat saya santai-santai-masih-berasa-single, akhirnya ngajak liburan. Cukup jauh kali ini destinasi kami: Benua Afrika. Beuh, ngebayanginnya aja saya udah loncat-loncat. Saya udah bikin itinerary, survey hotel yang murah dan strategis, cari agen city tour, nyatet jadwal kereta dan bus, dan yang paling penting, berburu tiket murah. Saya udah ngincer promo akhir tahun Qatar Airways dan Etihad. Tinggal cari tanggal yang pas buat cuti seminggu di bulan Januari.

Kemudian, ya itu tadi, Tuhan mengajak bercanda dengan cara-Nya.

Saya memang menunda hamil dengan cara alami - bukan KB - yaitu hitung masa subur. Selama tiga bulan oke-oke aja. Nah, waktu bulan Oktober, bertepatan dengan masa menstruasi, saya pun sakit flu + batuk + demam. Biasanya saya 'dapet' sampe seminggu, saat itu cuma 5 hari, itupun sedikit. Sesudahnya, saya sepertinya salah memperkirakan masa subur.

November berlalu tanpa kedatangan si bulan.

Awal Desember, setelah disuruh-suruh teman, kakak ipar, sampe si masbro pun ikut penasaran, saya pun beli testpack.

Hasilnya, dua strip.

Saya masih ragu, lalu beli testpack kedua merk berbeda.

Dua strip. Kali ini garisnya malah lebih jelas dan lebih tebal.

Positif. Saya... hamil?

Kelihatan jelas si masbro senang dan bersyukur. Saya? Terdiam lalu terduduk. Gak lama saya malah nangis tersedu-sedu.

"Kenapa sekarang, Tuhan? Ada orang-orang yang lebih siap dari kami moril dan materiil kan? Kenapa gak mereka aja? Saya masih punya rencana lain..." Isak saya dalam hati.

"Bukannya gak seneng, bukannya gak bersyukur, ini berarti dikasih kepercayaan dari Allah, Alhamdulillah, tapi..." Tangis saya makin pecah. Rasanya dilema sekali.

Besoknya saya diantar masbro periksa ke dokter kandungan. "Selamat Bu, kandungannya sudah enam minggu, kantung rahimnya sudah terbentuk dan terlihat jelas." Kata si ibu dokter sambil memperlihatkan gambar di mesin USG. Ada titik hitam yang menandakan ada embrio baru terbentuk.

Subhanallah.

Perasaan bersalah yang menghantui saya sejak kemarin, perlahan menguap. Sepulang dari dokter, banyak pikiran-pikiran berseliweran di kepala saya. Egois sekali menyalahkan Yang Kuasa hanya karena saya mau jalan-jalan, mau sekolah, mau beli mobil. Sementara janin ini justru amanah terbesar yang diberi Tuhan dalam hidup saya. 100 kali lipat lebih sulit dari kuliah doktor atau nyicil rumah.

Mestinya saya bangga, Allah SWT memberi tanggung jawab sebesar ini, karena kami dianggap mampu, dianggap mau belajar, dianggap bisa melampaui masa susah-senang. Kini saatnya membuktikan pada-Nya. Kalau titipan ini bisa kami jaga, rawat dan besarkan untuk menjadi makhluk berguna.

Insya Allah. Bismillah. :)

Comments

Anonymous said…
Ha!
Ngerti banget rasanya.. :)
Eh, Tessa periksa sama Dokter Tetti di RS UIN kah?
tessafilza said…
Ah momQ, kamu memang paling mengerti aku deh :') hehehe, aku di RS Hermina Ciputat sama dr. eka, kenapa gituh?

Popular posts from this blog

Utang Mengutang

Kidzania & Masa Kecil (Lumayan) Bahagia