Menolak Tua
"Most people don't grow up. Most people age. They find parking spaces, honor their credit cards, get married, have children, and call that maturity. What that is, is aging." - Maya Angelou.
Happy Birthday, me. And yes, I hate the idea of getting older.
Di hari ulang tahun saya kemarin, keluarga besar juga mengadakan kumpul Lebaran. Dan pastinya, muncul pertanyaan yang kayak-udah-ada-template-nya-karena-semua-orang-bertanya-hal-yang-sama, "Jadi, kapan?"
Sejak kuliah, pertanyaan menyebalkan yang diawali "Kapan" pasti muncul. Kapan lulus, kapan kerja, kapan pacarnya dikenalin, kapan nikah, kapan punya anak, dan seterusnya. Oh, ada satu lagi pertanyaan yang bikin saya jengkel, "Kapan gemuk?" Err..
Saya sebal karena bertambah umur artinya bertambah kebutuhan. Diawali uang buat nikah, dilanjutkan dengan uang buat susu dan sekolah anak. Pengennya kuliah lagi, tapi kemudian dilema untuk cicilan rumah. Belum kebutuhan rumah tangga sehari-hari, belum transportasi kerja, belum........................ Yah, begitulah.
Saya jadi inget, waktu itu saya ngegangguin keponakan yang baru berumur 2 minggu, abis dia tidur melulu. Terus nyokap bilang, "Ya iyalah dia tidur terus, namanya juga bayi, tinggal makan sama tidur aja. Dia mah gak ada yang dipikirin. Gak ada beban." Abis itu saya ngerasa sirik, sama seorang bayi.
Tua itu pasti, dewasa itu pilihan.
Saya sudah punya rencana ini itu. Tapi kemudian sering ragu-ragu. Maju atau diam di tempat? Lanjut atau cukup sampai segini? Jadi dewasa itu rumit ya. Atau, saya yang kebanyakan pertimbangan?
Saya kangen jadi anak-anak. Cukup sekolah dan minta jajan. While now, I need to compartmentalize all thoughts and emotions in mind. Just like a wise woman.
*menggerutu*
Comments