A New Path
"Every exit is an entrance somewhere else."
Bulan lalu, akhirnya saya keluar dari pekerjaan lama dan kembali ke dunia--yang hanya mewajibkan untuk-- menulis. Meskipun kali ini yang ditulis bukan berita, bukan peristiwa. Tapi uraian singkat mengenai material pakaian dan paparan tentang tren dan gaya. Ya --boleh ketawa kok-- saya masih di lingkungan berbau fesyen.
Meski pas di hati dan pas di kantong (baca: gaji naik), tapi tetap ada konsekuensinya. Kantor yang jauh dari rumah akhirnya mengharuskan saya tinggal di rumah tante yang notabene lebih dekat ke kantor. Sempet ngerasa aneh dan (sedikit) homesick, toh akhirnya saya terbiasa juga.
Kantor saya ini perusahaan baru. Start up lah. Saya masuk pas mereka baru beroperasi di bulan ketiga. Masih berantakan dari segi fisik dan flow pekerjaan. Saya masuk di tim konten yang hampir seluruhnya perempuan. Saya sempet keder, mengingat pengalaman di kantor lama. Tapi ternyata, sebulan ini, waktu kerasa cepat banget dan saya tau, ini saatnya untuk bertahan.
Saya seneng bisa jadi bagian dari 'angkatan awal' yang membesarkan perusahaan ini. Saya gak lagi getol cari pekerjaan baru karena saya (akhirnya) sadar, jadi kutu loncat cuma akan bikin jelek kualitas CV. Tujuan terdekat saya memang bukan jadi bos dengan belasan anak buah. Di saat temen-temen (bahkan para junior) saya beranjak mapan, malah ada yang udah jadi manajer di sana-sini, saya masih level segini. Tapi entah kenapa, perasaan minder udah lewat. Saya justru mau sekolah (lagi) dan setelah itu jadi freelancer.
Di atas itu semua, saya bersyukur punya mimpi yang seperti api, masih menyala dan berkobar sampai sekarang. Bukan satu, dua, tapi ada banyak mimpi; belum padam dan sabar menunggu untuk diwujudkan.
"The secret of getting ahead is getting started." :)
Random thought,
@ Tebet
Bulan lalu, akhirnya saya keluar dari pekerjaan lama dan kembali ke dunia--yang hanya mewajibkan untuk-- menulis. Meskipun kali ini yang ditulis bukan berita, bukan peristiwa. Tapi uraian singkat mengenai material pakaian dan paparan tentang tren dan gaya. Ya --boleh ketawa kok-- saya masih di lingkungan berbau fesyen.
Meski pas di hati dan pas di kantong (baca: gaji naik), tapi tetap ada konsekuensinya. Kantor yang jauh dari rumah akhirnya mengharuskan saya tinggal di rumah tante yang notabene lebih dekat ke kantor. Sempet ngerasa aneh dan (sedikit) homesick, toh akhirnya saya terbiasa juga.
Kantor saya ini perusahaan baru. Start up lah. Saya masuk pas mereka baru beroperasi di bulan ketiga. Masih berantakan dari segi fisik dan flow pekerjaan. Saya masuk di tim konten yang hampir seluruhnya perempuan. Saya sempet keder, mengingat pengalaman di kantor lama. Tapi ternyata, sebulan ini, waktu kerasa cepat banget dan saya tau, ini saatnya untuk bertahan.
Saya seneng bisa jadi bagian dari 'angkatan awal' yang membesarkan perusahaan ini. Saya gak lagi getol cari pekerjaan baru karena saya (akhirnya) sadar, jadi kutu loncat cuma akan bikin jelek kualitas CV. Tujuan terdekat saya memang bukan jadi bos dengan belasan anak buah. Di saat temen-temen (bahkan para junior) saya beranjak mapan, malah ada yang udah jadi manajer di sana-sini, saya masih level segini. Tapi entah kenapa, perasaan minder udah lewat. Saya justru mau sekolah (lagi) dan setelah itu jadi freelancer.
Di atas itu semua, saya bersyukur punya mimpi yang seperti api, masih menyala dan berkobar sampai sekarang. Bukan satu, dua, tapi ada banyak mimpi; belum padam dan sabar menunggu untuk diwujudkan.
"The secret of getting ahead is getting started." :)
Random thought,
@ Tebet
Comments