Astaga...
Astaga! Rasanya aku sudah melewati jembatan penyeberangan, garis-garis zebra, pembatas jalan, hingga trotoar penuh kaki lima. Semata untuk menghindari jalan yang sama denganmu. Aku bahkan putar balik, ambil arah berlawanan. Tapi tetap saja, marka jalan di mana-mana seolah mencatut namamu. Papan baliho menyampul fotomu. Dan, ada saja orang yang repot-repot menyapa mengabarkan tentangmu. Huh. Ku dengar jalan yang kamu lalui mulus, lancar, bagai tol bebas hambatan. Hangat dan cerah cuacanya. Lah, aku disini mendung. Bolak-balik kehujanan. Berulang kali terjatuh di lubang, karena jalan yang tak diaspal. Belum lagi naik-turun, berbelok-belok. Bikin mual. Aku bertanya kini pada Pihak Berwenang. Apa aku salah jalan? Haruskah aku terus berjalan di landasan yang sama, sementara tujuan kami berbeda? Kalau begitu, kenapa seolah ia ditemani malaikat sementara aku harus berjibaku dengan yang jahat? Tolong, Pihak Berwenang, beri petunjuk. Dengan begitu, aku tahu, aku tidak tersesat.